Militer.ID – Dewa Ruci, sebuah nama Dewa dari kisah mahabarata yang merupakan nama seorang Dewa yang dijumpai oleh Bima dan Werkudara dalam sebuah perjalanan mencari air kehidupan. Namun sebagai bangsa Indonesia tentunya kita pernah mendengar sebuah sosok nyata Dewa Ruci sebagai sebuah kapal layar kebanggaan Republik Indonesia yaitu KRI Dewa Ruci.
KRI Dewa Ruci sesungguhnya merupakan kapal latih bagi para kadet Akademi Angkatan Laut (AAL), namun kapal ini sendiri memiliki misi utama yaitu sebagai sebuah perangkat diplomasi Indonesia yang dimulai pada era Presiden Soekarno.
Sebelum kita membahas lebih jauh, ijinkan saya mengingatkan pembaca sekalian tentang sejarah kapal bersejarah ini dalam misinya pada Ekspedisi muhibah dengan tajuk operasi Sang Saka Jaya yang menjadi kesempatan diplomasi Indonesia kepada negara lain di dunia yang dimulai pada 8 Maret 1964.
Ekspedisi itu merupakan kesempatan pertama untuk menunjukkan taringnya sebagai kebanggaan Indonesia di New York, Amerika Serikat. Pada masa pemerintahan presiden Soekarno, mungkin warga dunia sesungguhnya lebih mengenal Presiden Soekarno dari pada Indonesia.
Sehingga keikutsertaan Indonesia dalam ajang itu, menjadi titik dimulainya misi perjuangan dan diplomasi yang sarat akan semangat untuk menunjukkan nilai-nilai dan martabat Bangsa kepada dunia.
Dalam ajang sail tersebut, perjalanan KRI Dewa Ruci dipimpin oleh Letkol (L) Sumantri dan diawaki oleh 110 orang ABK dan itu termasuk 78 kadet AAL. Dan dalam ekspedisi tersebut, KRI Dewa Ruci dilepas secara langsung oleh Presiden Soekarno.
Ketika dalam perjalanannya menuju New York, KRI Dewa Ruci selalu menarik perhatian pada setiap pelabuhan yang disinggahinya, namun ternyata dalam ajang World Trade Fair, KRI Dewa Ruci dianak tirikan.
L.N. Palar yang pada saat itu menjabat sebagai duta besar Indonesia untuk Amerika mengatakan betapa bangganya dirinya kepada KRI Dewa Ruci saat menyambut kedatangan kapal tersebut di Amerika Serikat.
Namun L.N Palar sempat dibuat kecewa karena pada saat itu KRI Dewa Ruci diminta parkir di ‘lubang tikus’, seperti yang diungkapkan Cornelis Kowaas seorang ABK dan juga juru kamera yang mendokumentasikan perjalanan ekspedisi tersebut.
“Pada saat tiba di Amerika, Pak Palar dan istri datang dan menyambut bahkan naik ke atas kapal. Begitu naik ke atas kapal, Pak Palar nampak kecewa dan langsung mengajukan protes secara resmi kepada operational sail tersebut. Besoknya tepat pada tanggal 16 Juli 1964, KRI Dewa Ruci dipindahkan ke Pier 34 di Manhattan.” , ungkap Cornelis Kowaas.
Dan selain hal itu juga, Pak L.N Palar juga mengajukan nota protes kepada penyelenggara ajang tersebut, pasalnya menurutnya seharusnya kapal kebanggaan Indonesia itu keluar sebagai juara pertama karena menjadi kapal terakhir yang menyerah kepada alam karena tidak adanya angin sama sekali. Namun sayangnya KRI Dewa Ruci tidak mendapat apapun kecuali keluar sebagai juara keempat.
Meski mengecewakan namun kekecewaan tersebut pun terobati ketika dalam sebuah parade, Korps musik awak kapal KRI Dewa Ruci berhasil menarik perhatian besar dari penduduk Broadway yang menyaksikan hingga selesainya acara.
Hingga terdapat warga sekitar yang mengatakan bahwa para kadet AAL berbaris layaknya para dewa.
Sumber : Buku L.N Palar From Tomohon to Newyork, KRI Dewa Ruci; Sebuah Kisah Nyata.