Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat atau TNI AD merupakan salah satu pasukan dari cabang angkatan perang TNI. Pasukan ini memiliki tanggung jawab tinggi terutama dalam operasi pertahanan di daratan. Sementara itu, di dalam TNI AD juga dibagi menjadi beberapa cabang bagian lagi atau biasa disebut Korps.
Salah satu cabangnya adalah satuan tempur TNI AD, yang kemudian akan dibagi lagi berdasarkan fokus misinya masing-masing. Salah pasukan yang merupakan cabang dari satuan tempur TNI AD adalah Artileri Pertahanan Udara.
Kualifikasi Tinggi Menjadi Anggota Artileri Pertahanan Udara
Menjadi anggota satpur ini tidak akan mudah, sama hal nya dengan satpur lainnya seperti infanteri, kavaleri dan artileri medan. Ada tanggung jawab khusus yang harus bisa dilakukan terutama ketika terjun ke lapangan sehingga proses pendidikannya pun harus dilakukan dengan sangat fokus pada kemampuan tarunanya.
Artileri Pertahanan Udara atau yang biasa disingkat AA (Anti-Aircraft) merupakan bagian dari kemiliteran Indonesia yang memiliki tugas khusus untuk melawan dan menghadapi pesawat tempur dari daratan atau dari permukaan laut. Artinya tidak sembarangan prajurit bisa melakukan tanggung jawab ini, keahlian khusus dan terlatih haruslah dimiliki.
Sejarah dari pertahanan udara sudah dimulai sejak terjadinya Perang Dunia I, ketika pertama kalinya pesawat tempur digunakan. Ketikan itu, pertahanan udara memanfaatkan meriam dan juga senapan. Sementara memasuki Perang Dunia II, pertahanan udara memanfaatkan peluru kendali atau rudal darah yang dibidik ke udara.
Pendidikan Simulator Bidik Meriam
Sementara dalam proses pendidikan dan pelatihannya, ada salah satu kegiatan yang kerap kali dilakukan yaitu Simulator Bidik Meriam. Ini merupakan salah satu Latihan dan Praktek atau Lattek dalam proses penembakan tepat sasaran.
Dengan adanya Lattek Simulator Bidik Meriam atau Portable Gunnery Trainer, para calon anggota diharapkan bisa melatih kemampuan khususnya dalam pengenalan latihan kering atau driil guna melatih dan mengasah prosedur peran tempur yang sangat berbahaya di permukaan dan udara serta mengasah kemampuan pembidikan serta penembakan agar lebih handal.
Meriam yang biasanya digunakan untuk Lattek adalah Meriam 400 mm, Meriam 37 mm, Metraliur 20 mm, Metraliur, 12,7 mm. Ada juga kelengkapan lain yang harus ada dalam proses latihan seperti tomat killer, sebagai objek sasaran.
Proses latihan dan praktek tentunya dilakukan dengan tujuan agar para calon anggota satpur bisa melakukan penembakan menggunakan meriam sesuai dengan prosedur yang ditentukan dan memahami dengan jelas bagaimana tugas serta tanggung jawab menjadi seorang awak meriam. Calon anggota juga harus paham betul bagaimana fungsi serta bagian senjata artileri pada kapal dan memahami berbagai macam jenis persenjataanya.
Sementara itu, untuk penanggung jawab bidang pembinaan kesenjataan Artileri Pertahanan Udara adalah Pussenarhanud atau Pusat Kesenjataan Artileri Pertahanan Udara. Ini merupakan Kodiklat yang kedudukannya ada di bawah Dankodiklat TNI AD. Dengan markas komandonya ada di Jl. Sriwijaya, Cimahi, Jawa Barat.
Baik menjadi pasukan elit, koprs atau pasukan reguler pada umumnya proses pelatihan akan sangat penting untuk dilakukan guna membentuk kemampuan yang kompeten dan profesionalisme dalam menangani tanggung jawab seorang TNI.
Karena bagaimanapun juga tanggung jawab menjadi seorang TNI tidaklah mudah, bahkan proses pelatihannya pun cukup sulit, tidak hanya harus kuat secara fisik, secara mental pun mereka harus benar-benar sangat siap. Saat bertugas akan banyak sekali tekanan yang mungkin saja bisa membuat goyah mental prajurit. Biarpun hanya sebagai korps yang bertugas dalam bidang administrasi tapi tetap saja tanggung jawab demi ketahanan negara harus dilakukan.