Militer.id – Salah satu pahlawan yang berasal dari Aceh yang memiliki cara berjuang yang unik adalah Teuku Umar. Yang juga merupakan suami dari Cut Nyak Dien. Ia berjuang melawan Belanda dengan cara berpura-pura berada di pihak Belanda. Ia juga dikenal dengan strategi perang gerilyanya yang selalu berhasil. Bukan hanya itu, Umar juga akan melawan Belanda pada saat ia sudah memiliki uang dan senjata yang mencukupi.
Umar adalah pahlawan dari Aceh yang dilahirkan di Meulaboh Aceh yang merupakan anak dari seorang Uleebalang. Nenek moyangnya berasal dari Minangkabau. Ia juga merupakan keturunan dari Laksamana Muda Nanta.
Sedari kecil, Umar sudah dikenal sebagai anak yang pemberani dan juga cerdas. Terkadang, ia juga berkelahi dengan beberapa temannya. Dalam menghadapi segala persoalan yang ada, ia bersikap keras dan tidak mudah menyerah. Tak heran jika Beliau menjadi salah satu orang yang juga berani melawan Belanda.
Taktik dan Siasat Terjitu dari Teuku Umar dalam Berperang Melawan Belanda
Di tahun 1899, Cut Nyak Dien menerima kabar duka yang cukup mengguncang hidupnya. Ia menerima kabar bahwa suaminya, Teuku Umar tewas di dalam pertempuran ketika melawan Belanda. Apalagi ia pernah mengalami hal serupa ketika suami pertamanya juga gugur di dalam pertempuran pada saat melawan Belanda.
Baca Juga : CUT NYAK DIEN, PEMIMPIN RAKYAT ACEH PERANG MELAWAN BELANDA
Dari sanalah Cut Nyak Dien bertekad untuk tidak menyerah dan tidak larut dalam kesedihan. Ia tidak mau pengorbanan suaminya sia-sia belaka. Ia juga tahu bahwa Umar menjadi seseorang yang memiliki strategi yang sangat baik dalam melawan Belanda. Dan Cut Nyak Dien mulai curiga, apabila Umar sampai kalah di medan perang artinya ada pengkhianat yang membocorkan rencana Umar dalam melawan Belanda.
Ketika usianya baru menginjak 19 tahun, ia sudah melawan Belanda dengan menggunakan senjata. Pamornya langsung melejit pada saat itu, karena ia memiliki keberanian dan ketangkasan dalam melawan Belanda tersebut. Bahkan di usianya yang sangat muda, Ia telah dipercaya menjadi seorang kepala kampung.
Awalnya, Umar berdamai dengan Belanda di tahun 1883. Ia juga masuk ke dalam dinas militer Belanda. Dengan terpaksa, Cut Nyak Dien pun mengikuti taktik suaminya walaupun sebenarnya ia kurang setuju dengan cara itu.
Kemudian Umar diminta untuk menyelesaikan konflik antara Teuku Imam Muda Raja Teunom dengan Belanda. Saat Itu Raja Teunom meminta tebusan yang cukup besar pada Belanda, tetapi Belanda menolak. Di tengah pelayaran, para prajurit Belanda dibunuh dan senjatanya dirampas.
Sepulangnya pelayaran, ia tak kembali ke kubu Belanda tetapi membawa sejumlah persenjataan dan barang-barang berharga yang cukup banyak.
Belanda Kembali Tertipu oleh Teuku Umar
Di tahun 1886, Umar melawan Inggris dengan menyerbu kapal Inggris. Sehingga Inggris mendesak Belanda untuk membayar Umar supaya kapalnya dibebaskan. Dengan terpaksa, Belanda pun membayar Umar sejumlah 25 ringgit. Persediaan finansial masyarakat Aceh pun mulai bertambah lagi.
Tak berapa lama, Umar dan panglimanya menyerahkan diri ke Belanda dengan strategi yang baru. Kemudian ia diminta untuk menyerang rakyat Aceh oleh Belanda. Ia pun menurutinya tapi dalam kenyataannya tidak benar-benar menyerang mereka.
Yang terjadi sebenarnya adalah ia mencurangi Belanda dengan membawa ratusan peluru, senjata, mesiu, uang tunai, serta perlatan perang yang lainnya. Lama kelamaan Belanda kesal dengan sikap Umar tersebut. Belanda pun menyusun rencana kembali untuk menyerang Teuku Umar. Pada saat Umar dan pasukannya sedang beristirahat dari berusaha kabur dari Benlanda, ada yang melaporkannya ke Belanda. Saat itulah ia tewas di tangan Belanda.