Militer.ID – Tepat pada tanggal 18 Januari 2017 bertempat di Istana Presiden, Jakarta Marsekal TNI Agus Supriatna menyerahkan tugas dan tanggung jawab sebagai Kepala Staff Angkatan Udara Kepada Marsekal TNI Hadi Tjahjanto yang dilantik oleh Presiden Republik Indonesia Ir. H Joko Widodo.
Pria kelahiran Kota Bandung, 28 Januari 1959 ini merupakan mantan Pangkoopsau II, Wairjen Mabes TNI dan banyak jabatan lainnya dilingkungan TNI AU.
Marsekal Agus mengawali karir militernya sejak tahun 1983, saat lulus dari Akademi Angkatan Udara.
Dan dari pengalaman uniknya ketika dirinya mengikuti sidang pantukhir atau pemantauan akhir saat ditanya oleh Kasdam, matra apa yang dia inginkan, dengan lantang ketika itu dirinya menjawab Angkatan Laut.
Pertanyaan selanjutnya diitanyakan oleh Kasdam ketika itu, apa pangkat tertinggi Angkatan Laut ? Dengan ucapan sekuat tenaga Marsekal TNI Agus Supriatna kala itu menjawab “Siap, Marsekal.”
Sontak jawaban Agus ketika itu membuat tertawa seluruh panitia sidang, karena Marsekal bukanlah pangkat tertinggi di Angkatan Laut melainkan di Angkatan Udara. Pangkat tertinggi di Angkatan Laut adalah Laksamana.
Di wawancarai Kompas, Agus mengaku menjalani karirnya mengalir bagai air. Agus tidak pernah bercita-cita bahkan bermimpi untuk menjadi seorang Kasau.
Dan pada 23 Juli 2016 lalu, Marsekal TNI Agus Supriatna meluncurkan buku biografi yang berjudul “Dingo” Menembus Batas Limit Angkasa.
Yang menarik dari isi buku itu adalah, menceritakan tentang insiden belly landing tahun 1986 yang merupakan momen yang tak terlupakan oleh Marsekal TNI Agus Supriatna.
Belly landing merupakan teknik pendaratan pesawat dalam keadaan darurat tanpa menggunakan roda. Terinspirasi dari sebuah film, Marsekal TNI Agus Supriatna ketika itu membantah perintah Danlanud kala itu untuk melakukan eject saat terjadi kerusakan pada bagian pembuka roda saat hendak melakukan pendaratan dengan pesawat A-4 Skyhawk.
Dikarenakan dirinyateringat peristiwa sebelumnya yang dia pernah melakukan eject dan berakhir patah kaki dalam insiden tahun 1983.
Menurutnya, perjalanannya hingga menjadi seorang Marsekal TNI dikarenakan dia telah berusaha sekuat tenaga untuk break the limit atau berusaha menembus batas. Dan insiden belly landing ketika itu menjadi momentum dirinya untuk menembus batas.
Karena menurutnya dalam hidup ini adalah pilihan untuk berusaha maksimal atau hanya melakukan apa yang diperintah.
Karena sebagai seorang prajurit, berprestasi secara maksimal merupakan bentuk dharma bhakti kepada Ibu Pertiwi.