Militer.id – Seperti yang diketahui jika TNI AD memiliki banyak satuan. Dimana masing-masing satuan memiliki tradisi masing-masing. Dari sekian banyak satuan yang ada di TNI AD, Brigif 17 menjadi yang paling melegenda. Nama besar yang dimiliki oleh satuan ini tidak terlepas dari sumbangsih satuan-satuan di bawahnya, seperti Yonif para Raider 328/Dirgahayu (Cilodong, Bogor), Yonif Para Raider 305/Tengkorak (Karawang) dan Yonif Para Raider 330/Tri Dharma (Cicalengka, Bandung).
Ketiga yonif yang disebutkan diatas didirikan lebih dahulu daripada Brigif 17 yang merupakan induknya. Dimana induknya justru didirikan di Bandung pada tanggal 20 Mei 1966. Satuan ini bermarkas di Cijantung Jakarta Timur dan lebih dikenal dengan sebutan Brigif Lintas Udara (Linud) 17. Namun, sebutan tersebut kemudian berganti menjadi Brigif Para Raider dan diikuti dengan tiga satuan di bawahnya.
Baca Juga : MENGENAL TIM ALFA 29 : EKSEKUTOR PADA OPERASI TINOMBALA
Lebih Dekat Mengenal Dibentuknya Brigif 17
Nama besar Brigif tersebut dibentuk dari akumulasi dari serangkaian prestasi satuan yang ada di bawahnya. Prestasi yang diperoleh berasal dari operasi tempur dan sebagai pasukan perdamaian di bawah payung PBB (Kontingen Garuda). Deretan prestasi yang diperoleh seperti Operasi Trikora dan Dwikora, Operasi Penumpasan DI/TII, Operasi di Timtim dan Operasi Pembebasan Sandera di Taman Nasional Lorentz Papua.
Satuan ini secara resmi diresmikan pada 20 Mei 1966 oleh KASAD Jenderal TNI Soeharto dengan Letkol Inf Himawan Sutanto. Letkol Inf Himawan Sutanto ini sebagai Komandan Brigade Pertama. Alasan pemilihan tanggal tersebut saat peresmian dikarenakan tanggal tersebut merupakan hari jadi Kodam Siliwangi (20 Mei 1946).
Kodam Sriwijaya merupakan induk pertama dari Brigif tersebut sebelum dialihkan ke Kostrad pada tanggal 20 Agustus 1969. Konsep awalnya Brigif 17 direncanakan sebagai satuan andalan Kodam III/Siliwangi.
Sudah sejak dahulu Kodam Siliwangi dikenal sering melahirkan satuan-satuan yang handal, salah satunya yaitu Kesatuan Komando yang saat ini dikenal dengan nama Kopassus. Bisa dibilang keberadaan Brigif tersebut sangat berarti sehingga pada tahun 1968 sampai 1969 terjadi perdebatan ketika Brigif ini akan alih komando ke Kostrad.
Hingga saat ini jejak dari Kodam Siliwangi masih terasa hingga saat ini. Julukan “Kujang I” pada satuan tersebut merupakan ikon khas tradisi Siliwangi. Di dalam peta elit tentara mutakhir tidak banyak satuan yang memiliki kontribusi yang besar sebagaimana Brigif 17.
Kebanggaan Bergabung pada Brigif 17
Bisa dibilang satuan ini ibarat lahan persemaian bagi calon pemimpin TNI khususnya TNI AD di masa depan. Hal ini dikarenakan perwira-perwira yang masuk eselon pemimpin TNI pasti pernah berdinas di Brigif tersebut. Tentu berdinas atau bergabung dengan satuan legendaris ini merupakan suatu kebanggan.
Selain itu, kebersamaan akan tercipta semakin erat ketika sedang bertugas di berbagai medan tempur. Kebersamaan tersebut turut membangun ikatan emosional di antara anggotanya. Ikatan emosional tersebut akan tetap ada meskipun sudah tidak dinas pada satuan ini.
Tradisi dan juga prestasi tempur yang dimiliki oleh Brigif ini telah memberikan dampak positif kepada prajuritnya yang masih berdinas di situ maupun yang sudah lepas dari Brigif ini. Sebagai bagian dari pembinaan satuan dan personel, kebanggaan terhadap satuan merupakan kondisi yang sengaja diciptakan.
Salah satu capaian tertinggi yang diperoleh oleh Brigif ini di luar medan tempur adalah terpilihnya Letjen TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI selama dua periode (2004-2014). Ketika masih berpangkat kolonel, SBY pernah menjabat sebagai Komandan Brigif ini pada tahun 1992-1993. Sebagian besar masa dinas SBY dihabiskan di Yonif 305 dan Yonif 330. Kesimpulannya bahwa figur SBY dibesarkan di satuan ini.