Militer.id – Satuan ini dikenal sebagai pihak yang disebut oleh Panglima Daerah Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat atau TPNPB berkaitan dengan insiden penembakan yang terjadi di Nduga, Papua. Lantas, apa itu Zeni dan bagaimana satuan ini bermula?
Perlu diketahui bahwa seluruh Angkatan Darat di dunia sangat membutuhkan satuan Zeni di masa modern seperti sekarang ini. Satuan ini disebut juga dengan istilah genie atau teknik. Angkatan Darat Indonesia yang berada di bawah naungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga membutuhkan yang namanya satuan Zeni. Maka dari itu, terdapat istilah Direktorat Zeni Angkatan Darat di dalam TNI-AD Indonesia.
Sejarah dan Perkembangan Batalyon Zeni AD
Pada era Hindia Belanda, terdapat tentara kerajaan di zaman Hindia Belanda bernama Koninklijk Nederlandsch Indische Leger (KNIL) yang juga memiliki satuan Kesenjataan Zeni atau Wapen der Genie. Satuan ini sendiri termasuk satuan bantuan tempur yang bertugas untuk membantu melancarkan pergerakan para pasukan infanteri serta pergerakan lainnya.
Mendiang veteran kolonel KNIL, CA Heshusius pada Soldaten van der Kompagnie KNIL (1986:61) menyatakan bahwa kesenjataan tersebut relatif kecil namun kesenjataan teknik tersebut selalu ikut serta dalam setiap ekspedisi militer. Heshusius juga menyatakan bahwa satuan tersebut merupakan konstruksi militer yang terorganisir secara lokal serta regional.
Dalam satuan kesenjataan tersebut, terdapat pengawas beserta perwira. Tugas dari satuan ini adalah untuk membangun perbentengan, kamp, jembatan, penghancuran, landasan udara, hingga sarana perhubungan. Pada tahun 1981, satuan kesenjataan tersebut bertugas untuk mengurus mobil hingga melatih para sopir serta montir.
Beberapa tokoh Indonesia yang pernah menjalani dinas di Zeni KNIL diantaranya adalah Jenderal Tahi Bonar Simatupang selaku mantan Kepala Staf Angkatan Perang, Mayor Jenderal Hein Victor Worang selaku mantan Gubernur Sulawesi Utara, serta Frederich Silaban yang merupakan arsitek Masjid Istiqlal.
TB Simatupang sangat menyadari terkait pilihannya untuk bergabung pada satuan Zeni. Biasanya, keanggotaan ditentukan berdasarkan pemilihan anggota prajurit yang cerdas secara akademik. TB Simatupang menyatakan bahwa Ia memilih satuan ini karena memenuhi syarat untuk diterima sebagai bagian dari Zeni dimana memiliki angka-angka yang cukup tinggi pada pelajaran eksakta.
Baca Juga : T.B. SIMATUPANG : DI BALIK PERUMUSAN PEDOMAN PRAJURIT SAPTA MARGA TNI
Zeni Pada Masa Revolusi Hingga Pasca Kemerdekaan
Pada masa revolusi, anggota kesenjataan satuan ini tidak mengalami perkembangan. Dalam hal ini termasuk kavaleri, artileri, serta pasukan tank dan meriam yang dikuasai oleh anggota TNI. Pada masa ini, diketahui bahwa pembangunan TNI pasukan darat lebih banyak fokus pada infanteri.
Moehkardi menyatakan dalam Pendidikan Pembentukan Perwira TNI-AD 1950-1956 bahwa sekelompok pemuda yang dipimpin oleh Ir Suratin telah sukses menyebabkan komandan tentara Jepang menyerahkan berbagai peralatan. Dalam hal ini, Moehkardi, Suratin, serta Ir Nowo membangun satuan Zeni yang diberi nama Dinas Genie pada Kementerian Pertahanan yang selanjutnya diberi nama Zeni pada 15 Oktober 1945.
Eks Zeni KNIL Indonesia kemudian membangun Sekolah Genie di Jawa Barat. Tepatnya pada 12 November 1945 di Batujajar, Bandung Barat. Sementara itu, pada 26 November 1946, Inspektor Zeni dibentuk di Markas Besar Tentara (MBT) Yogyakarta sebagai bagian dari Direktorat Angkatan Darat.
Sekolah Perwira Genie Angkatan Darat kemudian terbentuk pada 3 Oktober 1950 karena kekurangan perwira serta satuan Zeni. Selanjutnya, pada tahun 1952, nama sekolah tersebut disingkat menjadi SPG iAD yang menerima para lulusan SMA dari jurusan IPA.
Pada tahun 1956, SPG iAD kemudian diubah kembali menjadi AgiAD atau Akademi Genie Angkatan Darat, tepatnya pada tanggal 1 Januari. Pada tahun 1958, ejaan Genie kemudian diganti menjadi Zeni dan nama sekolahnya menjadi AZiAD. Sejak tanggal 10 Mei 1960, nama sekolah diganti kembali menjadi ATEKAD atau Akademi Teknik Angkatan Darat.