Sejarah Kapal Jung: Kendaraan Militer Kerajaan Majapahit

kapal jung

kapal jung

Apakah Anda sudah pernah mendengar tentang sejarah Kapal Jung sebagai kendaraan militer dari Kerajaan Majapahit? Saat menceritakan sejarah dunia maritim Indonesia, sepertinya memang mempunyai daya tarik atau pesona sendiri. Meskipun memang belum banyak yang mengetahuinya, tapi kiprahnya luar biasa.

Bahkan jika sering Anda dengan istilah yang menyebutkan bahwa nenek moyang kita adalah seorang pelaut, memang narasi itu bukan hanya sebuah nyanyian semata.

Sudah banyak yang meyakini kehebatan para pendahulu kita dalam menjalankan kegiatan eksplorasi lautan lepas. Khususnya untuk bidang navigasi maritim, maka orang Jawa pada zaman dulu sangat masyhur karena pengalaman.

Baca juga:

Ilustrasi Kapal Jung (Sumber: Wikipedia)

Dengan salah satu kendaraan militer raksasa yang bernama Kapal Jung, masyarakat Jawa pada zaman Kerajaan Majapahit pun sempat menjadi panutan dalam penjelajahan wilayah lautan. Ingin tahu penjelasan selengkapnya?

Kapal Jung Memiliki Ukuran Sangat Besar dari Bahan Kayu Jati Jawa

Menurut Denys Lombard dalam buku Nusajawa: Jaringan Asia (2004) menyebutkan bahwa pembuatan Kapal Jung asalnya dari wilayah Asia Tenggara. Nama lainnya adalah Jong yang mana istilah ini berawal dari salah satu kata bahasa Jawa Kuno, artinya adalah sejenis perahu.

Sebagian kelompok sejarawan menyatakan pendapat bahwa Jung juga merupakan serapan dari bahasa Mandarin. Yang pasti, wilayah pelayaran Kapal Jung sebagai kapal militer bersejarah adalah wilayah laut selatan. Ukurannya memang sangat besar pada zamannya, bahkan sampai muat 1000 penumpang.

Sumber sejarah lainnya dari literatur kebudayaan Melayu mengungkapkan bahwa kapal tersebut adalah dari Jawa, mengingat bahannya dari kayu jati yang saat itu hanya bisa tumbuh di Jawa. Sejarawan China juga menyebut bahwa Jung sempat berlayar ke perairan daratan China selatan sampai ke ‘kepulauan rempah-rempah’ yaitu Indonesia.

Proses Pembuatan Tidak Pakai Besi, Tapi Kekuatannya Sangat Besar

Bukan hanya untuk kebutuhan aktivitas perjalanan militer atau misi kerajaan lain, namum eksplorasi lautan pada zaman dulu menjadi sebuah seni dan keahlian yang penting. Itulah mengapa, persiapan armada sebisa mungkin dibuat spektakuler dan sangat kuat.

Dari segi ukuran, ternyata kapal ini lebih masih besar dari ukuran kapal pasukan Laksamana Cheng Ho. Ukuran panjangnya adalah 50 meter dengan kekuatan membawa beban maksimal 1.000 ton. Sementara itu, kapal Laksamana Cheng Ho berkekuatan 275-500 ton.

Tidak kurang dari sepuluh ribu kargo yang tingginya mencapai 4-7 m. Yang membuatnya hebat adalah pembuatannya tidak menggunakan bahan besi, melainkan hanya kayu. Hal itu juga berlaku untuk kapal pinisi. Para pelaut Nusantara pada zaman dulu memasang pasak dengan kuat agar mampu menempelkan setiap bagian kapal.

Susunan bagian dinding adalah dari lapisan-lapisan papan kayu jati terbaik. Ada juga semacam cadik atau dayung dari dua bilah yang berada pada belakang dek kapal. Pada setiap kapal Jung ada beberapa jenis layar besar, lengkap dengan sebuah busur berukuran besar yang berfungsi untuk pengendali angin.

Menjadi Andalan Kerajaan Majapahit dan Sekaligus Simbol Kekuatan Maritim

Pierre Yves Manguin seorang arkeolog yang juga rekan sejarawan Denys Lombard pernah memberikan deskripsi tentang kapal Jung dengan wujud kapal raksasa yang berasal dari galangan kapal tidak jauh dari kawasan hutan jati Cirebon, Jepara, dan Tuban.

Selain menjadi kendaraan militer Majapahit, kapal ini juga merupakan kapal utama untuk perdagangan antar penduduk Asia Tenggara. Sekilas sejarah tersebut tidak lepas dari kekuasaan kerajaan Majapahit pada masa kejayaan yang tercatat pada Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV.

Wilayah kekuasaan Majapahit adalah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Papua, semenanjung Malaya, Aibku, Papua, Singapura, dan Filipina. Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.

Banyak Sumber Sejarah Dunia yang Menceritakan Kapal Jung

Pada Hikayat Raja-raja Pasai menyebut bahwa Kerajaan Majapahit menggunakan kapal maritim Jung sebagai salah satu simbol kekuatan. Apalagi jumlahnya mencapai empat ratus kapal.

Seorang sejarawan Portugis Gaspar Correia pada abad 16 pernah membuat catatan perjumpaan antara Alfonso de Albuquerque dengan kapal-kapal Majapahit dengan lokasi sekitar Selat Malaka.

Menurut penyataan Gaspar Correia, kapal angkatan laut Majapahit kuat bertahan meskipun terkena tembakan meriam besar. Dari seluruh lapisan papan, tembakan meriamnya hanya kena ke 2 lapisan.

Bukan hanya itu saja, sejarah kapal militer Majapahit ini juga ada catatan Claudius Ptolemy sekitar tahun 100 M. Catatan itu berjudul Periplus Marae Erythraensis yang artinya catatan laut paling luar.

Ilustrasi kapal pada relief candi (Sumber: shutterstock)

Banyak Kapal Hilang setelah Galangan Kapal Hancur pada Zaman Kerajaan Mataram

Meskipun memiliki kekuatan besar, tapi kekuatannya juga terbatas sebagaimana halnya Kerajaan Majapahit yang juga mengalami masa penurunan kekuasaan secara signifikan.

Dalam novel populer Arus Balik, Pramoedya Ananta Toer juga menyebutkan sebuah istilah yaitu ‘kapal-kapal Majapahit’. Maksud dari istilah tersebut adalah untuk membedakan dengan kapal-kapal perdagangan asal Tiongkok.

Adakah yang menggunakan selain pihak Kerajaan Majapahit? Ternyata kapalnya juga pernah menjadi kendaraan Pati Unus dari Kesultanan Demak. Pada tahun 1513, Pati Unus dan sekelompok armadanya melancarkan ke pasukan Portugis ke wilayah Malaka.

Namun, misi serangan Pati Unus tidak berjalan lancar sesuai rencana. Kejadian tersebut memberi pengaruh besar terkait hilangnya banyak kapal besar yang ada dalam galangan kapal pesisir laut Jawa bagian utara.

Sementara itu, kekuasaan Kerajaan Mataram yang mulai berhasil merambah ke wilayah pedalaman pun jadi alasan galangan kapal pesisir terbengkalai. Beberapa tahun sesudahnya, pada era Kerajaan Mataram berlaku kebijakan yang berdampak ke beberapa daerah pesisir dan sempat berlangsung pemberontakan.

Demi mengatasi pemberontakan, maka wilayah pelabuhan dan sekaligus kapal-kapal sengaja dihancurkan sampai rusak. Itulah mengapa, sejarah Kapal Jung Majapahit pun selesai. Bagaimanapun, alangkah baiknya jika kita sebagai masyarakat tetap berusaha menghargai dan tidak melupakan sejarah nenek moyang.

Temukan juga informasi menarik seputar dunia militer dengan berbagai topik seperti alutsista, kesatuan, potensi pertahanan, operasi, inspirasi, dan sejarah di militer.id.

Exit mobile version