Kolonel Sudirman menggunakan “Teknik Supit Urang“, yaitu melakukan pengepungan dan pembatasan dari kedua sisi kedudukan para pasukan tentara Sekutu. Selanjutnya melakukan serangan pendadakan secara serentak dari semua wilayah.
Dengan adanya bantuan yang datang dari Yogyakarta, Salatiga, Solo, Purwokerto, Temanggung, Banjarnegara, Magelang, Wonosobo, Semarang dan beberapa kota lain. Para Tentara Keamanan Rakyat yang datang dari berbagai wilayah itu hanya berbekal dengan persenjataan seadanya.
Tepat pada tanggal 11 Desember 1945, Kolonel Sudirman melaksanakan rapat dengan para pimpinan sektor Tentara Kemanan Rakyat. Dan besoknya, pada tanggal 12 Desember 1945 tepat pukul 04.30 pagi, serangan dadakan pun dimulai. Awal serangan dimulai dari tembakan-tembakan mitraliur selanjutnya dilanjutkan oleh penembak karaben.
Pertempuran ini terjadi di Ambarawa. Selama satu setengah jam, jalan di kawasan Semarang-Ambarawa dikuasi oleh berbagai kesatuan Tentara Keamanan Rakyat. Pertem[uran Ambarawa terjadi sangat menegangkan.
Dukungan logistik dan komunikasi dengan pasukan pusat diputus. Dan setelah bertempur selama kurang lebih 4 hari, pada tanggal 15 Desember 15 Desember 1945 pertempuran itu berakhir. Dan Tentara Keamanan Rakyat berhasil merebut Ambarawa dan pasukan Sekutu mundur ke Semarang.
Dan atas keberhasilan pada pertempuran itu, selanjutnya diperingati sebagai HJK atau dikenal sebagai Hari Juang Kartika atau sebelumnya diketahui sebagai Hari Infanteri.
Sumber : Ardian Kresna. 2011. Soedirman Bapak Tentara Indonesia, Matapadi Pressindo.
Comments 1